b07fecb7-61aa-4f79-8b53-2d9bf0b8726c-30 december-2560

MEMAKNAI PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ

Isra’ Mi’raj: Hikmah dan Pelajaran

Memaknai Peristiwa Isra’ Mi’raj

Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam yang menggambarkan perjalanan agung Rasulullah Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, lalu naik ke langit untuk bertemu Allah SWT. Peristiwa ini bukan hanya sebuah mukjizat besar, tetapi juga penuh dengan pelajaran dan hikmah yang dapat kita renungkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Dalil Al-Qur’an dan Hadis Tentang Isra’ Mi’raj

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an mengenai peristiwa Isra’:

“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’: 1)

 

Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:

“Ketika aku sedang berada di antara orang-orang yang sedang tidur di Ka’bah, tiba-tiba datang kepadaku seseorang, lalu dia membelah dadaku, mengeluarkan hatiku dan mencucinya dengan air zamzam. Kemudian diisi dengan iman dan hikmah, lalu didatangkan seekor Buraq.” (HR. Bukhari & Muslim)

 

Makna dan Hikmah Isra’ Mi’raj

Peristiwa Isra’ Mi’raj memiliki banyak pelajaran berharga bagi umat Islam, di antaranya:

1. Keimanan yang Kuat

Isra’ Mi’raj adalah ujian besar bagi keimanan kaum Muslim. Bagi mereka yang beriman, peristiwa ini adalah bukti kebesaran Allah. Namun, bagi yang lemah imannya, ini menjadi alasan untuk meragukan kerasulan Nabi Muhammad SAW.

 

2. Pentingnya Shalat

Dalam peristiwa Mi’raj, Allah SWT memberikan perintah langsung kepada Rasulullah SAW untuk menunaikan shalat lima waktu. Hal ini menunjukkan bahwa shalat adalah kewajiban utama yang harus dijaga dalam kehidupan seorang Muslim.

 

Rasulullah SAW bersabda:

“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama; dan barang siapa yang meninggalkannya, maka ia telah merobohkan agama.” (HR. Baihaqi)

 

3. Kesabaran dalam Menghadapi Cobaan

Perjalanan Isra’ Mi’raj terjadi setelah Rasulullah SAW mengalami tahun kesedihan (Aamul Huzn), di mana beliau kehilangan istri tercintanya, Khadijah, dan paman yang selalu mendukungnya, Abu Thalib. Allah menunjukkan kebesaran-Nya dengan menghibur Nabi melalui perjalanan ini sebagai penguat hati dan keyakinannya.

 

4. Pentingnya Masjid dalam Kehidupan Muslim

Masjid memiliki peran sentral dalam kehidupan umat Islam. Isra’ Mi’raj menegaskan kedudukan Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sebagai tempat yang diberkahi oleh Allah SWT.

 

5. Keistimewaan Nabi Muhammad SAW

Isra’ Mi’raj adalah bukti kemuliaan dan kedudukan Rasulullah SAW di sisi Allah SWT. Dalam perjalanan ini, beliau bertemu dengan para nabi terdahulu dan menjadi pemimpin dalam shalat berjamaah bersama mereka.

 

Bagaimana Kita Memaknai Isra’ Mi’raj di Zaman Sekarang?

Memperingati Isra’ Mi’raj tidak cukup hanya dengan sekadar perayaan atau seremonial. Lebih dari itu, kita harus menjadikan peristiwa ini sebagai momen untuk introspeksi diri, di antaranya:

  1. Meningkatkan Kualitas Shalat: Menghayati shalat sebagai sarana komunikasi langsung dengan Allah dan menjaga khusyu’ dalam setiap rakaat.
  2. Memperkuat Keimanan: Merenungkan keajaiban yang Allah SWT perlihatkan dalam hidup kita dan memperbanyak doa serta ibadah.
  3. Menjalani Hidup dengan Kesabaran: Mengambil pelajaran dari kesabaran Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup.
  4. Menjaga Ukhuwah Islamiyah: Sebagaimana Rasulullah SAW bertemu dengan para nabi terdahulu, kita juga harus memperkuat persaudaraan dan kasih sayang sesama Muslim.

 

Doa di Malam Isra’ Mi’raj

Di malam Isra’ Mi’raj, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa, seperti:

 

“Ya Allah, jadikanlah kami hamba yang istiqamah dalam menjalankan shalat, kuat dalam menghadapi cobaan,

dan selalu dekat dengan-Mu.”

 

Semoga peristiwa Isra’ Mi’raj ini semakin memperkokoh keimanan kita kepada Allah SWT dan menjadikan kita Muslim yang lebih taat dan bertakwa. Amin.

 

 

13011684-a36e-4bd0-87a7-26c5de4c4787-30 december-2560

KOTAK AMAL SELALU PENUH DI WARUNG AYAM TULANG LUNAK D&D: BUKTI PELANGGAN PEDULI!

Warung Ayam Tulang Lunak D&D: Bukti Pelanggan Peduli dan Berbagi!

Alhamdulillah, sejak setahun lalu, kotak amal Saya Peduli yang dititipkan di Warung Ayam Tulang Lunak D&D telah menjadi salah satu saluran kebaikan yang luar biasa. Setiap dua bulan sekali, kotak amal ini dibuka, dan hasilnya selalu terisi penuh berkat keikhlasan dan kepedulian para pelanggan warung.

Pemilik warung, Bunda Mia, dengan penuh keikhlasan membuka pintu usahanya untuk menjadi bagian dari kebaikan ini. Menurut beliau, keberadaan kotak amal di warungnya tidak hanya memudahkan pelanggan untuk bersedekah, tetapi juga membawa keberkahan bagi usahanya. Rasanya luar biasa bisa ikut membantu, meskipun hanya dengan menyediakan tempat untuk kotak amal,” ungkap Bunda Mia. 

Hasil dari kotak amal ini langsung disalurkan oleh Yayasan Amal Saya Peduli ke berbagai program sosial, seperti bantuan untuk anak yatim, pengembangan pendidikan tahfidz, distribusi Al-Qur’an ke pelosok negeri, hingga bantuan kemanusiaan lainnya. Setiap donasi yang masuk menjadi sumber harapan bagi mereka yang membutuhkan. 

Program ini menjadi bukti bahwa kebaikan bisa dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Dengan menempatkan kotak amal di tempat usaha, kita turut menjadi perantara kebaikan, membantu orang lain bersedekah dengan mudah, sekaligus membawa manfaat yang nyata bagi mereka yang kurang beruntung. 

 

 

Ayo Ikut Menebar Kebaikan!

Kami mengajak Anda yang memiliki toko, warung, atau usaha lainnya untuk ikut serta dalam gerakan ini. Dengan menempatkan kotak amal Saya Peduli di tempat usaha Anda, Anda dapat menjadi bagian dari rantai kebaikan kepedulian yang tak terputus. Tidak perlu banyak usaha, cukup sediakan tempat, dan biarkan kotak amal ini menjadi wasilah bagi pelanggan Anda untuk beramal. 

Keberadaan kotak amal tidak hanya memudahkan orang lain bersedekah, tetapi juga memberikan dampak positif bagi usaha Anda. Banyak yang percaya bahwa dengan menjadi saluran kebaikan, usaha Anda akan diberkahi dan lebih dikenal sebagai tempat yang menginspirasi. 

 

Hubungi Kami Sekarang

Ingin kotak amal Saya Peduli ditempatkan di usaha Anda? Hubungi tim kami sekarang untuk informasi lebih lanjut. Bersama-sama, kita bisa membantu lebih banyak orang dan menjadi bagian dari perubahan positif untuk masyarakat.

“Karena setiap rupiah yang Anda sumbangkan, sekecil apa pun, bisa membawa perubahan besar bagi mereka yang membutuhkan.”

Mari bersama menjadi bagian dari gerakan kebaikan ini. Sebarkan manfaat, tebarkan inspirasi, dan jadilah wasilah kebaikan bagi sesama!

 

 

4e75a34b-6ea4-4468-a6f4-85184b494cfa-30 december-2560

MALAM RAGHAIB: MALAM HARAPAN DAN RAHMAT ALLAH SWT

Malam Penuh Harapan Menuju Keberkahan Ramadhan

Malam Raghaib, yang dikenal sebagai Lailatul Raghaib dalam tradisi Islam, adalah salah satu malam penuh berkah dalam kalender Hijriah. Malam ini jatuh pada hari kamis / malam Jumat pertama bulan Rajab dan menjadi awal dari tiga bulan suci: Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Kata “Raghaib” berasal dari bahasa Arab yang bermakna “keinginan” atau “harapan”, mencerminkan doa dan harapan umat Muslim akan rahmat dan ampunan Allah SWT.

Nabi Muhammad bersabda:

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” (HR. Al-Baihaqi)

Malam ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperbaiki diri, memperbanyak ibadah, dan mempersiapkan hati untuk menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah.

 

Keutamaan Malam Raghaib

Malam Raghaib memiliki keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Berikut beberapa keutamaannya:

1- Malam Penuh Rahmat dan Ampunan

Malam ini dikenal sebagai malam di mana Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-hamba yang beribadah dengan tulus. Ini adalah waktu terbaik untuk memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu.

 

2- Persiapan Menuju Ramadhan

Sebagai malam pembuka dari tiga bulan suci, Malam Raghaib adalah momen yang tepat untuk memulai persiapan spiritual dan meningkatkan kualitas ibadah.

 

3- Peluang Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

Dengan memperbanyak dzikir, doa, dan ibadah sunnah, umat Muslim dapat mempererat hubungan spiritual dengan Allah SWT.

 

4- Kesempatan untuk Introspeksi Diri

Malam ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah, yaitu introspeksi diri atas amal perbuatan selama ini dan berkomitmen untuk menjadi lebih baik.

 

Amalan yang Dianjurkan pada Malam Raghaib

Pada malam Raghaib, umat Muslim dianjurkan untuk melakukan berbagai amalan sunnah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Beberapa amalan yang dapat dilakukan antara lain:

1- Sholat Sunnah Malam

Sholat sunnah seperti Tahajud, Tasbih dan Hajat sangat dianjurkan pada malam ini. Nabi Muhammad bersabda:

“Sholat malam adalah ibadah yang paling mendekatkan seorang hamba kepada Rabbnya.” (HR. Muslim)

 

2- Membaca Al-Qur’an

Tilawah Al-Qur’an dapat menenangkan hati dan memperkuat iman. Membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami maknanya juga menjadi ibadah yang sangat dianjurkan.

 

3- Dzikir dan Istighfar

Memperbanyak dzikir dan istighfar pada malam ini adalah bentuk penghambaan kepada Allah SWT. Hal ini juga menjadi sarana untuk membersihkan hati dari dosa-dosa.

 

4- Doa dan Munajat

Malam ini adalah waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa. Berikut adalah salah satu doa yang dianjurkan:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَقَبِّلِينَ وَاغْفِرْ ذُنُوبَنَا وَارْزُقْنَا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ “Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang diterima amalnya, ampunilah dosa-dosa kami, dan berikanlah kami rezeki di dunia dan akhirat.”

 

5- Puasa Sunnah

Puasa sunnah pada hari Kamis sebelum malam Raghaib juga dianjurkan sebagai bentuk ibadah tambahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Rajab: Awal Tiga Bulan Suci

Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Hijriah dan termasuk salah satu dari empat bulan suci (bulan haram) dalam Islam. Allah SWT berfirman:

 

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ

“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi; di antaranya empat bulan haram.” (Surah At-Taubah: 36)

 

Rajab menjadi waktu yang sangat tepat untuk meningkatkan ibadah, memperbaiki diri, dan mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

 

Persiapan Menyambut Ramadhan

Malam Raghaib adalah momen yang tepat untuk memulai persiapan menyambut Ramadhan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1- Meningkatkan Kualitas Sholat

Tingkatkan kekhusyukan dalam sholat wajib dan tambahkan sholat sunnah seperti Tahajud dan Dhuha.

 

2- Membiasakan Membaca Al-Qur’an

Jadikan membaca Al-Qur’an sebagai kebiasaan harian agar lebih siap menyambut Ramadhan.

 

3- Memperbanyak Sedekah

Berbagi kepada sesama melalui sedekah adalah salah satu cara terbaik untuk membersihkan harta dan hati.

 

4- Puasa Sunnah

Latih diri dengan puasa sunnah di bulan Rajab untuk mempersiapkan fisik dan mental menghadapi puasa wajib di bulan Ramadhan.

 

Doa Menyambut Malam Raghaib

Berikut adalah doa yang dapat dibaca pada malam Raghaib:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.”

 

Kesimpulan

Malam Raghaib adalah malam yang penuh rahmat dan berkah, di mana umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan introspeksi diri. Dengan memanfaatkan malam ini untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak doa, dan meningkatkan amal ibadah, kita dapat mempersiapkan diri secara spiritual untuk menyambut bulan Ramadhan. Semoga malam ini menjadi momen penuh keberkahan dan langkah awal menuju Ramadhan yang lebih baik. Amin.

 

 

f2dcaa16-b410-45d2-8109-8c19e6864440-30 december (2)-2560

BULAN RAJAB: AWAL TIGA BULAN SUCI YANG PENUH BERKAH

Awal Perjalanan Spiritual Menuju Ramadhan yang Penuh Berkah

Pendahuluan

Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Hijriah dan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam, selain Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Bulan ini menjadi pintu gerbang menuju dua bulan penuh berkah berikutnya, yaitu Sya’ban dan Ramadhan. Rajab sering kali disebut sebagai bulan persiapan spiritual, di mana umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan introspeksi sebagai persiapan menyambut Ramadhan yang penuh kemuliaan. Sebagaimana sabda Rasulullah :

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” (HR. Al-Baihaqi)

 

Keutamaan Bulan Rajab

Bulan Rajab memiliki banyak keutamaan, baik secara historis maupun spiritual. Beberapa keutamaan bulan ini adalah:

1- Salah Satu dari Empat Bulan Suci

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ

“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi; di antaranya empat bulan haram.” (Surah At-Taubah: 36)

Bulan-bulan haram ini adalah bulan yang dimuliakan, di mana umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi perbuatan dosa.

 

2- Persiapan Menuju Ramadhan

Rajab adalah momen yang tepat untuk memulai persiapan spiritual menyambut Ramadhan. Rasulullah sering berdoa: “Allahumma barik lana fi Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan.” “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.”

Doa ini mengajarkan pentingnya memanfaatkan bulan Rajab sebagai awal dari persiapan menyambut Ramadhan.

 

3- Amalan Khusus di Bulan Rajab

Meskipun tidak ada puasa wajib di bulan Rajab selain puasa qadha atau sunnah yang biasa, beberapa ulama menganjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti puasa sunnah, sedekah, memperbanyak istighfar, dan membaca Al-Qur’an. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan haram, maka Allah akan memberikan ganjaran seperti puasa selama satu bulan.” (HR. Abu Dawud)

 

Puasa di Bulan Rajab

Puasa sunnah di bulan Rajab adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan. Meskipun tidak ada kewajiban khusus, puasa ini memiliki banyak keutamaan, seperti mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kekuatan spiritual. Beberapa jenis puasa yang dapat dilakukan di bulan Rajab antara lain:

1- Puasa Ayyamul Bidh

Puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah. Ini adalah puasa yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah , termasuk di bulan Rajab.

 

2-Puasa Senin dan Kamis

Puasa sunnah ini memiliki manfaat spiritual dan kesehatan. Rasulullah bersabda: “Amal-amal manusia diangkat (ke langit) pada hari Senin dan Kamis, maka aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa.” (HR. Tirmidzi)

 

3- Puasa Sunnah Rajab

Sebagian ulama menganjurkan puasa di awal, pertengahan, atau akhir bulan Rajab sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan suci ini.

 

Persiapan Menyambut Ramadhan

Rajab juga dikenal sebagai bulan awal persiapan menuju Ramadhan. Dalam bulan ini, umat Muslim dianjurkan untuk memperbaiki niat dan kebiasaan ibadah agar lebih siap menyambut Ramadhan. Beberapa amalan yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri antara lain:

1- Memperbanyak Istighfar

Rajab adalah bulan yang baik untuk memperbanyak istighfar sebagai bentuk taubat dan permohonan ampunan kepada Allah.

 

2- Meningkatkan Kualitas Shalat

Mulailah memperbaiki kekhusyukan dalam shalat dan menunaikan shalat sunnah, seperti shalat Dhuha dan Tahajud.

 

3- Meningkatkan Bacaan Al-Qur’an

Membaca dan memahami Al-Qur’an adalah cara terbaik untuk membersihkan hati dan mempersiapkan diri menuju Ramadhan.

 

4- Sedekah dan Amal Jariyah

Rasulullah bersabda: “Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)

Sedekah di bulan Rajab adalah investasi spiritual yang akan mendatangkan keberkahan di dunia dan akhirat.

 

Doa Menyambut Bulan Rajab dan Ramadhan

Berikut adalah doa yang dianjurkan untuk menyambut bulan Rajab:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.”

 

Hikmah dari Tiga Bulan Suci

Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan adalah rangkaian bulan suci yang memberikan banyak pelajaran dan manfaat, di antaranya:

1- Meningkatkan Kesadaran Spiritual

Ketiga bulan ini mengajarkan pentingnya kesadaran akan hubungan manusia dengan Allah, terutama melalui ibadah dan taubat.

 

2- Kesempatan untuk Menghapus Dosa

Dengan memperbanyak amal ibadah di bulan-bulan ini, umat Muslim diberi kesempatan untuk menghapus dosa-dosa mereka.

 

3- Persiapan Menuju Ramadhan

Rajab adalah awal dari proses persiapan spiritual dan mental untuk menjalani Ramadhan dengan penuh khusyuk.

 

Kesimpulan

Bulan Rajab adalah bulan yang penuh berkah dan kesempatan untuk mempersiapkan perjalanan spiritual menuju Ramadhan. Dengan memperbanyak ibadah, seperti puasa, shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan sedekah, umat Muslim dapat mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh semangat. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk memanfaatkan bulan Rajab sebaik mungkin dan dipertemukan dengan Ramadhan yang penuh kemuliaan. Amin.

 

 

0dbbdd21-1704-43bc-a79c-65c46f7c5d0f-30 december (1)-2560

SUJUD SAHWI: PENGERTIAN, HIKMAH, DAN TATA CARA YANG BENAR

Panduan Lengkap Sujud Sahwi untuk Menyempurnakan Shalat

Pendahuluan

Sujud sahwi adalah bagian dari ajaran Islam yang mengajarkan bagaimana seorang Muslim menyempurnakan ibadah shalatnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah mengalami kelupaan atau kesalahan kecil saat shalat, seperti lupa jumlah rakaat, meninggalkan tasyahud awal, atau bahkan menambahkan gerakan yang tidak seharusnya. Allah , dalam kasih sayang-Nya, memberikan solusi melalui sujud sahwi untuk menutupi kekurangan tersebut.

Sujud sahwi tidak hanya sekadar “koreksi teknis” dalam shalat, tetapi juga mencerminkan betapa pentingnya kesungguhan dan ketulusan dalam beribadah. Dengan mempelajari dan mempraktikkan sujud sahwi, kita dapat meningkatkan kualitas shalat kita dan memastikan ibadah tersebut diterima oleh Allah .

 

Pengertian Sujud Sahwi

Secara bahasa, “sahwi” berasal dari bahasa Arab سَهْوٌ, yang berarti lupa atau lalai. Secara istilah, sujud sahwi adalah dua sujud yang dilakukan di akhir shalat untuk mengkompensasi kekurangan, kesalahan, atau keraguan yang terjadi selama shalat.

Allah memberikan kelonggaran kepada hamba-Nya melalui syariat ini, sehingga shalat tetap sah dan sempurna meskipun ada kekhilafan yang tidak disengaja. Sujud sahwi merupakan bentuk kasih sayang Allah yang memungkinkan umat-Nya memperbaiki kekurangan tanpa harus mengulang seluruh shalat.

 

Hukum Sujud Sahwi

Hukum melaksanakan sujud sahwi adalah sunnah muakkad, yaitu sangat dianjurkan untuk dilakukan. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah :

“Jika salah seorang dari kalian lupa dalam shalatnya dan tidak tahu apakah ia telah melaksanakan tiga atau empat rakaat, maka hendaklah ia meninggalkan keraguannya dan melanjutkan dengan apa yang ia yakini, lalu sujud dua kali sebelum salam.” (HR. Muslim)

Para ulama sepakat bahwa sujud sahwi adalah amalan yang disyariatkan untuk menjaga kesempurnaan shalat. Dalam kasus tertentu, seperti meninggalkan rukun shalat secara tidak sengaja, sebagian ulama bahkan menyatakan bahwa sujud sahwi menjadi wajib.

 

Sebab-sebab Sujud Sahwi

Sujud sahwi dilakukan karena beberapa sebab, antara lain:

 

1- Penambahan dalam Shalat (Az-Ziyadah)

Menambahkan gerakan yang bukan bagian dari shalat, seperti sujud tambahan atau berdiri saat seharusnya duduk. Contohnya, seseorang yang lupa dan melakukan lima rakaat dalam shalat Zhuhur. Rasulullah bersabda:

“Jika seseorang menambah atau mengurangi shalatnya karena lupa, hendaklah ia sujud dua kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

2- Pengurangan dalam Shalat (An-Naqs)

Menghilangkan atau lupa melakukan rukun atau kewajiban shalat, seperti lupa tasyahud awal. Dalam hal ini, sujud sahwi dilakukan untuk menutupi kekurangan tersebut.

 

3- Keraguan dalam Shalat (Asy-Syak)

Jika seseorang ragu tentang jumlah rakaat yang telah dikerjakan, seperti apakah ia sudah melakukan tiga atau empat rakaat, maka ia harus mengambil jumlah yang diyakini lebih sedikit dan melanjutkan shalat, lalu melakukan sujud sahwi sebelum salam.

 

Tata Cara Melaksanakan Sujud Sahwi

Berikut adalah tata cara melaksanakan sujud sahwi:

 

-Dilakukan di Akhir Shalat

Sujud sahwi dilakukan setelah membaca tasyahud akhir. Waktu pelaksanaannya dapat dilakukan sebelum atau setelah salam. Ulama Syafi’i menganjurkan sujud sahwi sebelum salam.

 

-Melakukan Dua Sujud

Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud, seperti sujud biasa dalam shalat.

 

-Takbir

Setiap gerakan sujud dan bangkit dari sujud disertai dengan takbir “Allahu Akbar.”

 

-Bacaan dalam Sujud Sahwi

Dalam sujud sahwi, dianjurkan membaca doa berikut: “Subhaana man laa yanaamu wa laa yashuu.” Artinya: “Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.”

 

-Dilanjutkan dengan Salam

Setelah selesai melakukan dua sujud, shalat diakhiri dengan mengucapkan salam seperti biasa.

 

Hikmah dan Keutamaan Sujud Sahwi

Sujud sahwi memiliki banyak hikmah dan keutamaan, antara lain:

1- Menyempurnakan Shalat

Dengan melakukan sujud sahwi, kekurangan dalam shalat dapat ditutupi, sehingga shalat menjadi sempurna di sisi Allah.

 

2- Pengingat untuk Lebih Khusyuk

Kesalahan dalam shalat sering kali terjadi karena kurangnya konsentrasi. Sujud sahwi menjadi pengingat bagi seorang Muslim untuk lebih khusyuk dan fokus dalam ibadah.

 

3- Bukti Kasih Sayang Allah

Allah mempermudah hamba-Nya dengan memberikan cara untuk memperbaiki kesalahan dalam shalat tanpa harus mengulang seluruh ibadah.

 

Dalil-dalil Sujud Sahwi

Dalil Al-Qur’an:

Allah berfirman: “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Surah Taha: 14)

Ayat ini menunjukkan pentingnya menjaga kesempurnaan shalat, termasuk dengan memperbaiki kesalahan melalui sujud sahwi.

 

Dalil Hadits:

Rasulullah bersabda: “Jika salah seorang dari kalian lupa dalam shalatnya, hendaklah ia sujud dua kali sebelum salam.” (HR. Abu Dawud)

 

Kisah Inspiratif Tentang Sujud Sahwi

Pada suatu kesempatan, Rasulullah pernah lupa dalam shalatnya dan hanya melaksanakan dua rakaat. Ketika beliau diingatkan oleh para sahabat, beliau langsung melanjutkan shalatnya dan melakukan sujud sahwi. Rasulullah kemudian bersabda:

 

“Aku ini manusia biasa, seperti kalian. Aku juga bisa lupa seperti kalian. Maka, jika aku lupa, ingatkanlah aku.” (HR. Bukhari) Kisah ini menunjukkan bahwa bahkan Rasulullah pun pernah mengalami kelupaan, sehingga sujud sahwi menjadi tuntunan yang praktis dan mudah diterapkan bagi semua Muslim.

 

Kesimpulan

Sujud sahwi adalah syariat yang menunjukkan keindahan Islam dalam memberikan solusi atas kekhilafan manusia. Dengan melaksanakan sujud sahwi, seorang Muslim dapat memastikan shalatnya tetap sah dan diterima oleh Allah . Sujud sahwi juga menjadi pengingat untuk selalu memperbaiki kualitas shalat, meningkatkan kekhusyukan, dan menjadikan shalat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.

 

Semoga Allah memberikan kita pemahaman yang benar tentang sujud sahwi dan menjadikan shalat kita sebagai amalan yang diterima di sisi-Nya. Aamiin.

 

 

13573ea9-8e4e-4263-a33b-85807f3be505-23 december-2560

NENEK SEPEDA DAN AMANAH UNTUK SANTRI, CERITA YANG TAK TERDUGA!

73 Tahun, Nenek Sepeda yang Menginspirasi Para Santri

Di usia senja, Ibu M yang berumur 73 tahun beliau terus menunjukkan bagaimana kebaikan dapat menjadi jalan keberkahan yang tak berujung. Ketika sebagian besar orang memilih menikmati masa tua dalam ketenangan, beliau justru memilih jalur berbeda. Dengan tulus, setiap bulan Ibu M menyisihkan penghasilannya dari rumah dan ruko yang disewakan untuk membantu para santri penghafal Al-Quran. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kebiasaan uniknya: menyerahkan amanah tersebut langsung ke pesantren dengan mengayuh sepeda tuanya.

 

Bagi Ibu M, bersepeda bukan sekadar olahraga, tetapi juga cara untuk bersilaturahmi dan memastikan amanah tersampaikan langsung kepada yang membutuhkan. Setiap bulan, beliau menempuh perjalanan sejauh belasan kilometer, melewati jalan yang kadang terjal, dengan semangat yang tak pernah surut. Di tengah perjalanan, beliau sering berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah rindangnya pohon atau berbincang dengan warga sekitar. Perjalanan itu, meskipun melelahkan, dijalani dengan penuh syukur dan kebahagiaan.

 

“Saya lebih suka datang langsung ke pesantren. Selain memastikan amanah tersampaikan, saya juga bisa bertemu anak-anak asuh saya. Rasanya lebih dekat dan penuh keberkahan,” ujarnya dengan senyum hangat. Setibanya di pesantren, kehadiran Ibu M selalu disambut dengan suka cita oleh para santri dan pengasuh pesantren. Anak-anak yang dibantunya sering memanggil beliau dengan sebutan “Ibu,” karena kehadiran beliau terasa seperti sosok ibu yang penuh kasih.

 

Melalui program Sponsor Tahfidz yang dikelola oleh SayaPeduli.org, Ibu M telah menjadi orang tua asuh bagi beberapa santri. Beliau tak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga menjadi sumber motivasi bagi mereka. Dalam setiap kunjungannya, beliau selalu membawa pesan-pesan penuh inspirasi yang menguatkan hati para santri untuk terus berjuang menghafal Al-Quran. “Menghafal Al-Quran itu seperti menanam pohon di hati. Kalau dirawat dengan baik, buahnya akan manis dan penuh keberkahan,” kata Ibu M kepada para santri asuhnya.

 

Selain itu, beliau sering membawa hadiah kecil seperti buku catatan atau camilan yang dibuatnya sendiri di rumah. “Saya ingin anak-anak ini merasa diperhatikan dan disayangi. Mereka adalah harapan umat, dan saya ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri,” tambah beliau. Bagi Ibu M, keberhasilan anak-anak asuhnya dalam menghafal Al-Quran adalah kebahagiaan yang tak ternilai.

 

Ahmad, salah satu santri asuhnya, mengungkapkan rasa terima kasihnya yang mendalam, “Saya sangat bersyukur kepada Ibu M. Tanpa bantuan beliau, mungkin saya tidak bisa melanjutkan hafalan saya. Saya ingin menjadi hafidz Al-Quran yang bisa mendoakan beliau di dunia dan akhirat.”

 

Kisah perjuangan Ibu M tidak hanya memberikan dampak besar pada para santri, tetapi juga menginspirasi banyak orang di sekitarnya. Beberapa temannya mulai mengikuti jejak beliau dengan menjadi donatur tetap untuk program-program kebaikan SayaPeduli.org. Salah satu pengurus pesantren bahkan menyebut Ibu M sebagai contoh nyata bahwa kebaikan bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja.

 

Di balik perjalanan sederhana dengan sepeda tua, ada ketulusan hati dan semangat luar biasa dari seorang Ibu M. Beliau membuktikan bahwa usia bukanlah batas untuk berbuat baik. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbagi, peduli, dan menciptakan perubahan positif bagi sesama.

 

 

187b6433-3ce1-489f-9d1b-8da0b50cdb03-15 november (3)-2560

SILATURAHMI SAYA PEDULI DENGAN DITZAWA: PENGUATAN PERAN ZAKAT DI INDONESIA

Meningkatkan Sinergi dan Optimalisasi Zakat

Jakarta (Kemenag) – Dalam suasana penuh berkah di hari Jumat, 6 Desember 2024, Prof. Dr. Waryono Abdul Ghafur, selaku Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Ditzawa), menerima kunjungan silaturahmi dari Saya Peduli di kantornya. Pertemuan ini menjadi momen istimewa untuk berdiskusi dan memperkuat sinergi dalam pengelolaan zakat di Indonesia.

 

Acara dimulai dengan suasana santai “Ngopi Siang” yang penuh dengan keakraban. Dalam diskusi yang berlangsung, Prof. Dr. Waryono Abdul Ghafur menekankan pentingnya peran lembaga amil zakat dalam masyarakat. “Zakat bukan hanya kewajiban individu muslim, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang sangat besar. Dalam pelaksanaannya, lembaga amil zakat seperti Saya Peduli memiliki tanggung jawab untuk memastikan zakat dapat dikelola secara optimal dan proposional,” ujarnya.

 

Pemetaan Muzaki dan Mustahik sebagai Kunci Efektivitas

Dalam pengelolaan zakat, pemetaan yang baik terhadap muzaki (pemberi zakat) dan mustahik (penerima zakat) menjadi kunci utama. Prof. Waryono menambahkan bahwa data yang akurat dan terkini sangat diperlukan untuk memastikan penyaluran zakat mencapai mereka yang benar-benar membutuhkan. “Pemetaan ini penting agar tidak ada mustahik yang terlewatkan, dan para muzaki pun merasa amanah mereka tersampaikan dengan baik,” tambahnya.

 

Sebagai lembaga yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui zakat dan wakaf, Saya Peduli menyambut baik arahan tersebut. Ketua Saya Peduli, Bapak Abdul Jalil, menyampaikan bahwa lembaganya telah berkomitmen untuk terus memperbaiki sistem pemetaan dan distribusi zakat. “Kami percaya bahwa pengelolaan zakat yang transparan dan berbasis data akan meningkatkan kepercayaan muzaki kepada lembaga kami,” ujarnya.

 

Optimalisasi Peran Zakat dalam Pemberdayaan Sosial

Dalam diskusi tersebut, juga dibahas bagaimana zakat dapat berperan sebagai instrumen pemberdayaan sosial. Zakat tidak hanya digunakan untuk kebutuhan konsumtif, tetapi juga untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan taraf hidup mustahik. Salah satu program unggulan yang disampaikan oleh Saya Peduli adalah pelatihan keterampilan bagi mustahik agar mereka dapat mandiri secara ekonomi.

“Kami ingin zakat tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga memberikan dampak jangka panjang. Oleh karena itu, program pemberdayaan ekonomi berbasis zakat akan terus kami kembangkan,” jelas pimpinan Abdul Jalil. Hal ini sejalan dengan visi Ditzawa yang ingin menjadikan zakat sebagai salah satu solusi dalam mengurangi kemiskinan di Indonesia.

 

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Pertemuan ini juga menjadi ajang untuk membahas potensi kolaborasi antara Ditzawa dan Saya Peduli. Prof. Waryono menegaskan bahwa kerja sama antara pemerintah dan lembaga zakat sangat penting untuk menciptakan ekosistem zakat yang lebih baik. “Kami di Ditzawa sangat terbuka untuk bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti Saya Peduli. Dengan kolaborasi, kita bisa memperluas jangkauan dan dampak dari program zakat,” katanya.

 

Dalam kesempatan ini, Saya Peduli juga menyampaikan laporan capaian program selama tahun 2024. Salah satu pencapaian yang disoroti adalah peningkatan jumlah muzaki dan mustahik yang terlayani. “Ini adalah hasil kerja keras tim kami dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk para donatur yang selalu setia mendukung misi kami,” ujar Bapak Abdul Jalil dengan penuh syukur.

 

Refleksi Spiritual dalam Pengelolaan Zakat

Selain membahas hal teknis, diskusi ini juga menyentuh aspek spiritual dari pengelolaan zakat. Prof. Waryono mengingatkan bahwa zakat adalah ibadah yang memiliki dimensi ruhani. “Setiap sen yang dikeluarkan oleh muzaki harus dikelola dengan amanah dan penuh tanggung jawab. Ini bukan hanya soal manajemen, tetapi juga soal mempertanggungjawabkan amanah kepada Allah SWT,” katanya dengan penuh penekanan.

 

Saya Peduli pun menyadari hal ini dan menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai dasar dalam setiap aktivitasnya. “Kami selalu mengingatkan tim kami bahwa zakat adalah amanah dari Allah SWT yang harus disalurkan dengan sebaik-baiknya. Dalam setiap langkah, kami berusaha untuk selalu memprioritaskan keikhlasan dan transparansi,” ungkap Bapak Abdul Jalil.

 

Mewujudkan Indonesia yang Lebih Sejahtera

Silaturahmi antara Ditzawa dan Saya Peduli ini diharapkan menjadi awal dari kolaborasi yang lebih erat di masa depan. Dengan komitmen bersama untuk memajukan pengelolaan zakat di Indonesia, kedua pihak optimis bahwa zakat dapat menjadi solusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera.

“Kami percaya bahwa dengan kerja sama yang baik, zakat tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga menjadi jalan untuk menciptakan keberkahan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,” ujar Prof. Waryono Abdul Ghafur menutup diskusi dengan penuh harapan.

 

Dengan semangat ini, Saya Peduli akan terus berusaha memberikan yang terbaik dalam melayani umat. Melalui pengelolaan zakat yang profesional, amanah, dan penuh berkah, Saya Peduli berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera.

 

 

322238d8-64e9-4b72-840b-be912af95686-15 november (1)-2560

BANJIR NABI NUH: SUKABUMI BERDUKA PELAJARAN UNTUK KITA

Hikmah Banjir dalam Al-Qur’an

Bencana alam, termasuk banjir bandang, sering kali terjadi sebagai pengingat dari Allah SWT kepada umat manusia. Dalam Al-Qur’an, banjir bandang bukan hanya dipaparkan sebagai peristiwa alam semata, tetapi juga sebagai bentuk peringatan, ujian, dan pelajaran bagi manusia agar kembali kepada Allah. Salah satu kisah banjir paling terkenal adalah banjir besar pada zaman Nabi Nuh ‘Alaihissalam, yang diabadikan dalam Al-Qur’an untuk menjadi pelajaran bagi seluruh generasi. Di masa kini, bencana seperti banjir masih terjadi dan kerap membawa dampak besar bagi masyarakat, seperti banjir bandang yang baru-baru ini melanda Sukabumi. Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan alam, meningkatkan ketakwaan, dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dan sesama.

 

Banjir Bandang pada Zaman Nabi Nuh AS

Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah salah satu Nabi ulul azmi yang diutus oleh Allah kepada kaumnya yang telah menyimpang dari ajaran tauhid. Selama berabad-abad, Nabi Nuh menyeru kaumnya untuk menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Namun, hanya sedikit yang menerima dakwahnya. Sebagian besar dari mereka malah mengejek, menentang, dan mengabaikan peringatan beliau. Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Nuh untuk membangun bahtera besar sebagai persiapan menghadapi banjir besar yang akan menjadi azab bagi kaum yang ingkar. Banjir ini bukan banjir biasa, melainkan banjir global yang menenggelamkan seluruh bumi.

 

Allah berfirman:

 

وَاصْنَعِ ٱلْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَٰطِبْنِى فِى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ ۖ إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ

 

“Dan buatlah kapal dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim; sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan.” (Surah Hud: 37)

 

Setelah bahtera selesai dibangun, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk membawa pengikutnya yang beriman, beserta sepasang dari setiap jenis hewan, ke dalam bahtera. Ketika azab dimulai, langit mencurahkan hujan deras, dan bumi memancarkan mata air sehingga terjadilah banjir besar yang menenggelamkan semua yang ada di bumi, kecuali mereka yang ada di dalam bahtera.

 

Kisah ini diabadikan dalam Qur’an Surah Hud ayat 44:

 

وَقِيلَ يَـٰٓأَرْضُ ٱبْلَعِى مَآءَكِ وَيَـٰسَمَآءُ أَقْلِعِى وَغِيضَ ٱلْمَآءُ وَقُضِىَ ٱلْأَمْرُ وَٱسْتَوَتْ عَلَى ٱلْجُودِىِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًۭالِّلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ

“Dan difirmankan: ‘Wahai bumi, telanlah airmu, dan wahai langit, berhentilah (dari hujan).’ Maka air pun surut, perintah pun terlaksana, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Gunung Judi.”

 

Hikmah dari Kisah Nabi Nuh

Kisah banjir Nabi Nuh mengandung banyak hikmah yang relevan untuk kita, di antaranya:

 

1- Kesabaran dalam Dakwah

Nabi Nuh menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi kaumnya, meskipun dakwahnya sering kali ditolak dan diejek.

 

2- Kepatuhan pada Perintah Allah

Ketika diperintahkan untuk membangun bahtera di tengah ejekan kaumnya, Nabi Nuh tetap menjalankan tugasnya dengan penuh ketaatan.

 

3- Azab bagi yang Ingkar dan Penyelamatan bagi yang Beriman

Peristiwa ini menunjukkan bahwa keimanan dan ketaatan kepada Allah adalah jalan keselamatan, sedangkan kedurhakaan membawa kehancuran.

 

4- Allah Maha Kuasa atas Segala Sesuatu

Banjir Nabi Nuh menjadi bukti nyata bahwa Allah mampu menimpakan azab yang luar biasa kepada mereka yang menentang-Nya.

 

Banjir dalam Perspektif Al-Qur’an

Selain kisah Nabi Nuh, Al-Qur’an juga menyebutkan peristiwa banjir yang menimpa kaum Saba’. Dalam Surah Saba’ ayat 15-16, Allah menceritakan bahwa banjir besar menghancurkan kebun-kebun mereka sebagai akibat dari kedurhakaan mereka:

 

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ ٱلْعَرِمِ وَبَدَّلْنَـٰهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَىْ أُكُلٍ خَمْطٍۢ وَأَثْلٍۢ وَشَىْءٍۢ مِّن سِدْرٍۢ قَلِيلٍۢ

 

“Maka Kami kirimkan kepada mereka banjir besar (yang menghancurkan bendungan mereka), dan Kami ganti kebun mereka dengan kebun yang penuh dengan pohon-pohon yang berbuah pahit.”

Al-Qur’an juga menegaskan bahwa bencana alam sering kali merupakan akibat dari perbuatan manusia. Allah berfirman dalam Surah Ar-Rum ayat 41:

 

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

 

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

 

Banjir Sukabumi: Refleksi dan Tindakan

Baru-baru ini, banjir bandang melanda Sukabumi, menyebabkan kerusakan besar dan memaksa ratusan keluarga mengungsi. Curah hujan tinggi selama dua hari membuat sungai-sungai meluap dan menyebabkan longsor di beberapa wilayah. Peristiwa ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan meningkatkan solidaritas sosial. Banjir Sukabumi mengajarkan kita pentingnya menjaga keseimbangan alam, mencegah kerusakan lingkungan, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sebagai Muslim, kita juga diajarkan untuk saling peduli, membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah, baik melalui doa, berbagi, infak, maupun tindakan nyata.

 

Doa untuk Korban Banjir Sukabumi

Sebagai wujud solidaritas, mari kita panjatkan doa untuk saudara-saudara kita yang terkena dampak banjir:

 

اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ وَاغْفِرْ لَهُمْ وَاجْعَلْ مَا أَصَابَهُمْ كَفَّارَةً لِذُنُوبِهِمْ وَبَدِّلْهُمْ بِرَحْمَتِكَ خَيْرًا مِمَّا فَقَدُوا

 

“Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada mereka, ampuni dosa-dosa mereka, dan jadikanlah musibah ini sebagai penghapus dosa-dosa mereka, serta gantikanlah dengan rahmat-Mu yang lebih baik dari apa yang mereka kehilangan.”

 

Kesimpulan

Kisah banjir dalam Al-Qur’an, seperti yang terjadi pada zaman Nabi Nuh, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keimanan, ketaatan, dan menjaga keseimbangan alam. Bencana seperti banjir Sukabumi menjadi pengingat bagi kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan, memperbaiki hubungan kita dengan Allah, dan saling membantu sesama. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada mereka yang tertimpa musibah dan menjadikan kita hamba-Nya yang lebih bersyukur dan bertakwa. Aamiin.

 

 

d3397254-75d0-4b10-9a5b-96d7b968c5a8-15 november (1)-2560

JANJI MULIA ALLAH UNTUK HAMBANYA YANG BERINFAK

Keberkahan dan Pahala yang Dilipatgandakan

Infak adalah salah satu amal mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah tidak hanya memerintahkan umat-Nya untuk berinfak, tetapi juga memberikan janji-janji yang luar biasa bagi siapa saja yang ikhlas melakukannya. Dalam Al-Qur’an, infak sering kali disebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan jalan menuju keberkahan hidup. Tidak hanya itu, infak juga menjadi bukti ketaatan dan rasa syukur seorang hamba atas nikmat yang telah Allah berikan.

 

Allah berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261)

 

Ayat ini menunjukkan bahwa infak tidak hanya dihargai di sisi Allah, tetapi juga dilipatgandakan pahalanya hingga berkali-kali lipat. Dengan memahami keutamaan ini, seorang Muslim seharusnya termotivasi untuk menjadikan infak sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari.

 

Isi: Keutamaan Infak dan Janji Allah

 

1- Infak Membawa Keberkahan dalam Harta

Salah satu janji Allah bagi mereka yang berinfak adalah keberkahan dalam harta. Banyak orang takut bahwa mengeluarkan harta akan mengurangi kekayaan mereka, tetapi dalam Islam, infak justru menjadi sarana untuk memperluas rezeki. Rasulullah bersabda:

“Allah berfirman: Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku akan memberimu rezeki.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Infak adalah bukti keimanan dan tawakal kepada Allah. Orang yang berinfak menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki adalah titipan dari Allah, dan dengan menggunakannya di jalan Allah, mereka menunjukkan rasa syukur atas nikmat tersebut.

 

2- Pahala yang Dilipatgandakan

Allah menjanjikan pahala yang luar biasa bagi mereka yang berinfak. Dalam QS. Al-Baqarah: 261, disebutkan bahwa pahala infak dapat dilipatgandakan hingga 700 kali lipat atau lebih, tergantung pada keikhlasan dan kondisi pemberian tersebut. Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang rela berbagi untuk membantu sesama.

 

3- Infak Menghapus Dosa

Infak juga menjadi salah satu cara untuk membersihkan diri dari dosa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

“Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)

Dengan berinfak, seorang Muslim tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga menghapus dosa-dosanya, sehingga mendekatkan diri kepada Allah.

 

4- Mendapatkan Cinta Allah dan Doa Malaikat

Allah mencintai hamba-Nya yang gemar berinfak. Dalam QS. Al-Baqarah: 195, Allah memerintahkan umat-Nya untuk berinfak dan menjanjikan cinta-Nya bagi mereka yang melakukannya. Selain itu, malaikat juga mendoakan orang-orang yang berinfak. Rasulullah bersabda:

“Setiap pagi, dua malaikat turun dan salah satu dari mereka berkata: Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

5- Menghindarkan dari Kesulitan di Hari Kiamat

Infak di dunia akan menjadi pelindung bagi seseorang di akhirat. Rasulullah bersabda:

“Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)

 

Adab dan Etika Berinfak

Islam mengajarkan bahwa infak harus dilakukan dengan niat yang ikhlas dan cara yang baik. Beberapa etika berinfak yang perlu diperhatikan adalah:

 

1- Niat yang Ikhlas

Infak harus dilakukan semata-mata karena Allah, bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia. Infak yang disertai dengan riya tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah.

 

2- Tidak Menyakiti Penerima

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264)

 

3- Memberikan yang Terbaik

Allah menyukai infak yang dilakukan dengan memberikan harta yang terbaik, bukan sisa-sisa yang tidak diinginkan.

 

4- Mendahulukan Keluarga yang Membutuhkan

Dalam Islam, keluarga yang membutuhkan memiliki prioritas utama untuk menerima infak.

 

Kisah Inspiratif: Sedekah yang Mengguncang Langit

Ada sebuah kisah tentang seorang sahabat Rasulullah yang bernama Abu Dahdah. Ketika turun ayat tentang infak di jalan Allah, Abu Dahdah segera mendatangi Rasulullah dan berkata:

“Ya Rasulullah, saya memiliki kebun yang sangat luas dan subur. Saya ingin menginfakkannya di jalan Allah. Apakah Allah akan menerima infakku?”

Rasulullah menjawab:

“Ya, Allah akan menerima infakmu dan memberimu balasan yang jauh lebih baik.”

Dengan penuh keyakinan, Abu Dahdah menginfakkan kebunnya yang paling berharga. Rasulullah kemudian berkata:

“Betapa banyak pohon kurma di surga yang telah Allah persiapkan untuk Abu Dahdah.”

Kisah ini menjadi teladan tentang keikhlasan dan keyakinan dalam berinfak.

 

Kesimpulan

Infak adalah salah satu amal yang paling dicintai oleh Allah . Dengan berinfak, seorang Muslim menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah, membantu sesama, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Janji-janji Allah bagi mereka yang berinfak sangatlah besar, mulai dari pahala yang dilipatgandakan hingga keberkahan dalam hidup.

Mari kita jadikan infak sebagai bagian dari kehidupan kita, baik dalam bentuk harta, tenaga, maupun waktu. Semoga Allah menerima setiap amal kebaikan kita dan memberikan balasan yang terbaik, baik di dunia maupun di akhirat.

 

Allah berfirman:

“Apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba: 39)

 

Yuk berinfak melalui Infak Saya Peduli adalah platform infak online dari Yayasan Amal Saya Peduli. Berinfak melalui platform ini bisa dimulai. Mari wujudkan kebaikan bersama! Yuk dicoba sekarang! 🙌

 

 

cc5c34ea-e987-4b02-9bc4-6a6f6c142ad5-15 november-2560

KEUTAMAAN MENGHORMATI ORANG TUA DALAM ISLAM

Kasih Ibu Bapak, Jalan Menuju Ridha Allah SWT

Menghormati orang tua adalah salah satu kewajiban utama dalam Islam. Orang tua, terutama ibu dan bapak, adalah anugerah besar yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan kasih sayang untuk membesarkan kita. Dalam ajaran Islam, menghormati orang tua adalah tanda kesalehan seorang Muslim dan merupakan bentuk pengabdian kepada Allah . Bahkan, Allah menempatkan kewajiban menghormati orang tua setara dengan perintah untuk menyembah-Nya.

Allah berfirman:

 

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

 

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua.” (QS. Al-Isra: 23)

Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan orang tua dalam Islam. Menghormati mereka bukan hanya sebuah kewajiban sosial, tetapi juga ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.

 

Apa Itu Menghormati Orang Tua?

Menghormati orang tua (hormat kepada ibu dan bapak) berarti berbuat baik kepada mereka, baik melalui ucapan, perbuatan, maupun sikap hati. Hal ini mencakup menaati perintah mereka selama tidak bertentangan dengan syariat, berbicara dengan lemah lembut, serta mendoakan mereka. Rasulullah bersabda:

 

رِضَى اللَّهِ فِي رِضَى الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

 

“Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada murka orang tua.” (HR. Tirmidzi)

 

Keutamaan Menghormati Orang Tua

  1. Mendapatkan Ridha Allah

Ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Ketika seorang anak berbuat baik kepada orang tua, ia akan mendapatkan keberkahan hidup dan doa dari mereka.

 

  1. Amal yang Dicintai Allah

Rasulullah ditanya tentang amal apa yang paling dicintai Allah. Beliau menjawab: “Sholat pada waktunya.” Kemudian beliau ditanya lagi, “Apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada orang tua.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

  1. Diberikan Kehidupan yang Panjang dan Berkah

Dalam hadits disebutkan bahwa salah satu cara memperpanjang umur dan mendatangkan rezeki adalah dengan berbuat baik kepada orang tua.

 

Cara Menghormati Orang Tua

Menghormati orang tua tidak hanya sebatas sikap sopan, tetapi juga tindakan nyata. Berikut adalah cara menghormati orang tua sesuai ajaran Islam:

 

  1. Berbicara dengan Lembut

Jangan pernah berbicara kepada orang tua dengan nada kasar atau tinggi. Ucapkan kata-kata yang baik dan penuh kasih sayang, seperti yang diajarkan dalam Al Qur’an:

“Janganlah kamu mengatakan ‘ah’ kepada mereka, dan janganlah kamu membentak mereka, tetapi ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)

 

  1. Menaati Perintah Mereka

Selama tidak bertentangan dengan ajaran agama, menaati orang tua adalah kewajiban. Jika mereka meminta sesuatu yang baik, maka lakukanlah dengan ikhlas.

 

  1. Mendoakan Orang Tua

Doa seorang anak sangat berarti bagi orang tua, baik ketika mereka masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an untuk orang tua adalah:

“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, serta sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 24)

 

  1. Membantu Pekerjaan Mereka

Membantu pekerjaan rumah tangga atau kebutuhan orang tua adalah bentuk penghormatan dan kasih sayang yang nyata.

 

  1. Menafkahi Orang Tua yang Membutuhkan

Jika orang tua sudah tidak mampu bekerja, anak berkewajiban menafkahi mereka. Ini adalah bentuk pengabdian yang sangat dianjurkan dalam Islam.

 

Bahaya Durhaka kepada Orang Tua

Sebaliknya, durhaka kepada orang tua (menyakiti hati mereka atau tidak menghormati) adalah salah satu dosa besar dalam Islam. Rasulullah bersabda:

“Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa besar yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Bukhari & Muslim)

Durhaka kepada orang tua dapat mengakibatkan hidup tidak berkah, doa tidak terkabul, dan azab Allah di akhirat. Bahkan, Rasulullah mengingatkan bahwa dosa durhaka kepada orang tua dapat mempercepat azab di dunia.

 

Kisah Inspiratif: Uwais al-Qarni, Pemuda yang Berbakti

Uwais al-Qarni adalah salah satu contoh terbaik dari seorang anak yang sangat menghormati orang tuanya. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Karena baktinya yang luar biasa, ia rela tidak menemui Rasulullah agar bisa merawat ibunya. Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya:

“Jika kalian bertemu Uwais, mintalah doa kepadanya, karena doanya mustajab.” Kisah ini menunjukkan bahwa penghormatan kepada orang tua bisa menjadi jalan untuk mendapatkan keberkahan hidup dan kedudukan mulia di sisi Allah.

 

Manfaat Menghormati Orang Tua

  1. Ketenangan Hati

Menghormati orang tua memberikan ketenangan hati dan rasa damai, karena kita tahu telah melakukan kewajiban sebagai seorang anak.

 

  1. Keberkahan Hidup

Hidup menjadi lebih berkah dan rezeki melimpah dengan doa orang tua yang tulus.

 

  1. Dicintai Masyarakat

Anak yang berbakti kepada orang tua cenderung dihormati oleh orang lain, karena sikap baiknya menjadi teladan.

 

 

Kesimpulan

Menghormati orang tua adalah kewajiban yang harus kita laksanakan sebagai seorang Muslim. Melalui penghormatan kepada ibu dan bapak, seorang anak tidak hanya menunjukkan kebaikan moral, tetapi juga melaksanakan salah satu bentuk ibadah yang mendatangkan ridha Allah . Mari kita berusaha untuk selalu menghormati orang tua dengan penuh kasih sayang dan melakukan yang terbaik untuk mereka. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi anak yang berbakti, dan menerima setiap amal baik kita sebagai ibadah yang diridhai-Nya. Aamiiin

 

a