NENEK SEPEDA DAN AMANAH UNTUK SANTRI, CERITA YANG TAK TERDUGA!

Mon, December 23, 24 at 2:38 PM

Saya Peduli

Di usia senja, Ibu M yang berumur 73 tahun beliau terus menunjukkan bagaimana kebaikan dapat menjadi jalan keberkahan yang tak berujung. Ketika sebagian besar orang memilih menikmati masa tua dalam ketenangan, beliau justru memilih jalur berbeda. Dengan tulus, setiap bulan Ibu M menyisihkan penghasilannya dari rumah dan ruko yang disewakan untuk membantu para santri penghafal Al-Quran. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kebiasaan uniknya: menyerahkan amanah tersebut langsung ke pesantren dengan mengayuh sepeda tuanya.


Bagi Ibu M, bersepeda bukan sekadar olahraga, tetapi juga cara untuk bersilaturahmi dan memastikan amanah tersampaikan langsung kepada yang membutuhkan. Setiap bulan, beliau menempuh perjalanan sejauh belasan kilometer, melewati jalan yang kadang terjal, dengan semangat yang tak pernah surut. Di tengah perjalanan, beliau sering berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah rindangnya pohon atau berbincang dengan warga sekitar. Perjalanan itu, meskipun melelahkan, dijalani dengan penuh syukur dan kebahagiaan.


“Saya lebih suka datang langsung ke pesantren. Selain memastikan amanah tersampaikan, saya juga bisa bertemu anak-anak asuh saya. Rasanya lebih dekat dan penuh keberkahan,” ujarnya dengan senyum hangat. Setibanya di pesantren, kehadiran Ibu M selalu disambut dengan suka cita oleh para santri dan pengasuh pesantren. Anak-anak yang dibantunya sering memanggil beliau dengan sebutan "Ibu," karena kehadiran beliau terasa seperti sosok ibu yang penuh kasih.


Melalui program Sponsor Tahfidz yang dikelola oleh SayaPeduli.org, Ibu M telah menjadi orang tua asuh bagi beberapa santri. Beliau tak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga menjadi sumber motivasi bagi mereka. Dalam setiap kunjungannya, beliau selalu membawa pesan-pesan penuh inspirasi yang menguatkan hati para santri untuk terus berjuang menghafal Al-Quran. “Menghafal Al-Quran itu seperti menanam pohon di hati. Kalau dirawat dengan baik, buahnya akan manis dan penuh keberkahan,” kata Ibu M kepada para santri asuhnya.


Selain itu, beliau sering membawa hadiah kecil seperti buku catatan atau camilan yang dibuatnya sendiri di rumah. “Saya ingin anak-anak ini merasa diperhatikan dan disayangi. Mereka adalah harapan umat, dan saya ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri,” tambah beliau. Bagi Ibu M, keberhasilan anak-anak asuhnya dalam menghafal Al-Quran adalah kebahagiaan yang tak ternilai.


Ahmad, salah satu santri asuhnya, mengungkapkan rasa terima kasihnya yang mendalam, “Saya sangat bersyukur kepada Ibu M. Tanpa bantuan beliau, mungkin saya tidak bisa melanjutkan hafalan saya. Saya ingin menjadi hafidz Al-Quran yang bisa mendoakan beliau di dunia dan akhirat.”


Kisah perjuangan Ibu M tidak hanya memberikan dampak besar pada para santri, tetapi juga menginspirasi banyak orang di sekitarnya. Beberapa temannya mulai mengikuti jejak beliau dengan menjadi donatur tetap untuk program-program kebaikan SayaPeduli.org. Salah satu pengurus pesantren bahkan menyebut Ibu M sebagai contoh nyata bahwa kebaikan bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja.


Di balik perjalanan sederhana dengan sepeda tua, ada ketulusan hati dan semangat luar biasa dari seorang Ibu M. Beliau membuktikan bahwa usia bukanlah batas untuk berbuat baik. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbagi, peduli, dan menciptakan perubahan positif bagi sesama.


Related News

SOSIALISASI PROGRAM RAMADHAN SAYA PEDULIBULAN SYA'BAN: BULAN PERSIAPAN YANG PENUH KEBERKAHANMEMBAWA CAHAYA DI TEMPAT KERJA